Sastra sebagai cermin (mirror) masyarakat sering mengungkapkan
perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depan berdasarkan
imajinasi, perasaan dan intuisinya. Pengertian ini tidak semata
menganggap bahwa sastra merupakan copy (jiplakan) kenyataan secara
mentah, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan. Hal inilah yang
mewarnai perjalanan sastra yang dalam konteks ini sastra dianggap
sebagai ilusi dari kenyataan (refleksi) yang halus dan indah.
Kemampuan
untuk menangkap dan memaknai fenomena sosial-budaya yang diwujudkan
dalam gagasan, pikiran, dan karya sastra tersebut menunjukkan bahwa
individu adalah makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari campur
tangan orang lain, budaya dan tradisi sekitar, dimana hal itu hidup dan
dihayati dalam suatu komunitas tertentu. Dan menurut saya, individu
tersebut telah menjadi subjek dalam suatu kelompok masyarakat atas
gagasan, ide, pikiran-pikiran yang ada dalam karyanya, sehingga dapat
dianggap mewakili suatu kelompok masyarakat tertentu. Hal demikian dapat
dimaknai bahwa karya individu dapat dipahami lebih kompleks, tidak
hanya terbatas pada struktur karya itu saja, namun lebih pada unsur
sosiologi kemunculan karya tersebut.
KLIK LINK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar