Powered By Blogger

Minggu, 30 Oktober 2011

Elegi Menggapai Dasar Gunung Es

Apapun komentar nya, orang tua berambut putih akan nyatakan : Inilah sebenar-benar kesaksianku. Bahwa sebenar-benar yang sedang engkau lakukan adalah sedang menggapai filsafat.

Sebenar-benar nya tidak sadarkah Bapak, akan komentar Bapak, secara tidak langsung mendangkal kan pikiran dan hati kami ke dalam kebingungan tiada tara. 
Terkadang saya ragu akan pemahaman filsafat itu sendiri. Semakin saya selami, semakin dalam dasar laut es itu. Semakin saya daki, semakin tinggi puncak es itu. 
Saya hanya mengakui kesaksian keberadaan Tuhan tiada banding dari ilmu dan segala materi di dunia ini. Karena kebenaran hakiki itu hanya milik Tuhan semata. Itulah yang sampai saat ini menjadi aplikasi dari filsafat itu sendiri menurut saya pribadi. Jika ada aspek lain yang belum terangkum, semua nya akan berakhir dan mengerucut pada aspek Ketuhanan.


klik link

Elegi Menyesali Rumahku Yang Terlalu Besar

Manusia yang akan sukses menyelesaikan misinya di bumi adalah manusia yang fokus pada tujuan hidupnya. Bukan manusia yang terlena oleh banyaknya fasilitas yang ia dapatkan di bumi ini.
Tujuan utama kita dalam hidup ini adalah meraih impian dan kebahagian abadi. Apa yang kita dapatkan di bumi ini adalah semata-mata untuk mengakui keberadaan Tuhan itu sendiri. Banyak manusia hebat menciptakan mega karya di hadapan saya dan anda semua...tetapi di hati dan pikiran saya mengatakan : "betapa luar biasa nya Tuhan yang menciptakan manusia hebat itu..., amazing"..


KLIK LINK

Sabtu, 29 Oktober 2011

Elegi Menggapai Pikiran Jernih


Jika memang filsafat itu adalah diriku sendiri, maka patutlah kita berpikir jernih untuk mempelajarinya. Mari kita interaksikan berpikir jernih dalam berucap dan bertindak di kehidupan nyata, karena itu lah cermin diriku sebenarnya baik di mata Tuhan dan sesama. Lihat saja ketika manusia kehilangan berfikir jernih, maka aspek kehidupannya pun rusak dan menyimpang dari norma kemanusiaan.


KLIK LINK

Elegi Bagaimana Matematikawan Dapat Mengusir Syaitan?

Elegi ini menurut saya sebagai ungkapan bahwa Ilmu Pengetahuan Tanpa Agama Adalah Pincang menurut ilmuwan Albert Einstein. Semakin berilmu semakin menghargai keberadaan Tuhan. 
Kesombongan ilmuwan merasa berilmu telah hinggap dan menjadi penyakit rentan ilmuwan, menganggap bahwa semua yang ada di dunia ini hanya di ukur dengan logika sehingga mengikis hakekat spritual manusia yang berhati nurani.

klik link

Kamis, 27 Oktober 2011

Elegi Seorang Hamba Menggapai Ruang dan Waktu

Dalam kenyataan, Ironisnya kita dapati banyak orang yang bertahun-tahun menuntut ilmu atau bahkan orang-orang yang menisbahkan dirinya dengan “ahli ilmu” tetapi akhlak, perilaku maupun amalannya tidak menunjukkan ilmu yang dimiliki. Tentunya beberapa sikap yang hendaknya dimiliki seorang yang berilmu seperti Sikap terhadap diri sendiri,Sikap terhadap Tuhannya,Sikap terhadap orang lain,dan Sikap terhadap Agamanya. Dari semua unsur tersebut dapat di interaksikan satu sama lain sehingga menjadi padu pada ruang dan waktu (flexibelitas)serta ada baik nya kita semua dapat menyeimbang antara ilmu yang di miliki dan spritualitas baik ke sesama dan Tuhan.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Elegi Menggapai Sastra Jawa

Sastra sebagai cermin (mirror) masyarakat sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depan berdasarkan imajinasi, perasaan dan intuisinya. Pengertian ini tidak semata menganggap bahwa sastra merupakan copy (jiplakan) kenyataan secara mentah, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan. Hal inilah yang mewarnai perjalanan sastra yang dalam konteks ini sastra dianggap sebagai ilusi dari kenyataan (refleksi) yang halus dan indah.

Kemampuan untuk menangkap dan memaknai fenomena sosial-budaya yang diwujudkan dalam gagasan, pikiran, dan karya sastra tersebut menunjukkan bahwa individu adalah makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari campur tangan orang lain, budaya dan tradisi sekitar, dimana hal itu hidup dan dihayati dalam suatu komunitas tertentu. Dan menurut saya, individu tersebut telah menjadi subjek dalam suatu kelompok masyarakat atas gagasan, ide, pikiran-pikiran yang ada dalam karyanya, sehingga dapat dianggap mewakili suatu kelompok masyarakat tertentu. Hal demikian dapat dimaknai bahwa karya individu dapat dipahami lebih kompleks, tidak hanya terbatas pada struktur karya itu saja, namun lebih pada unsur sosiologi kemunculan karya tersebut.

KLIK LINK

Elegi Ritual Ikhlas IV: Enggan Pulang dan Ingin Mati?

Ketika aku menemukan kehidupan (duniawi) kutemukan bahwa akhir kehidupan adalah kematian,namun ketika aku menemukan kematian,aku menemukan kehidupan abadi. Karena itu, kita harus prihatin dengan kehidupan (duniawi) sesuai ajaran dan kaidah agama masing-masing,serta bergembira dengan kematian. Karena sesungguhnya kita hidup untuk mati dan mati untuk hidup.

klik link

ELEGI MENGGAPAI HAKEKAT

Aku dan kamu adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburu adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan, setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.
Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang meyakinkan serta lebih pasti.

KLIK LINK

Elegi Ritual Ikhlas I: Informasi awal

Ikhlas itu harus selalu ada dalam prilaku keseharian kita. Tetapi harus diperhatikan, jangan ikhlas sebelum terjadi, ikhlas-lah setelah terjadi.

Contoh: Mengunci pintu adalah prilaku orang yang tidak ikhlas kehilangan; tetapi jika barang kita tetap hilang, maka tidak ada pilihan lain selain ikhlas.

Ikhlas itu akan selalu ada, karena akan selalu ada masalah. Selama kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih besar, pasti kita diharuskan ikhlas; karena untuk tumbuh menjadi pribadi yang besar, Tuhan akan memberikan masalah. Dan masalah adalah anak tangga menuju kebesaran pribadi.

Klik LINK

SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN

Reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja termasuk bidang pendidikan. Reformasi juga berarti memperbaiki, membetulkan, menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh karena itu reformasi berimplikasi pada merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui perubahan kebijakan institusional. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa karakteristik reformasi dalam suatu bidang tertentu yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa yang lalu, keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan, adanya pemikiran atau ide-ide baru, adanya sistem dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah maupun skala besar seperti negara sekalipun.

Jumat, 14 Oktober 2011

Dunia ku hanya sebatas pikiran ku

Dunia ku adalah sedalam-dalam nya dan seluas-luas nya aku merasakan melewati hati.
Sedangkan pikiran ku mencoba dan berusaha untuk memahami keadaan hati ku tentang dunia ku.
Dan apa yang orang liat di dunia ku hanyalah sebatas (dunia ku dan pikiran ku).
Karena Pikiran ku hanya bisa memahami hati ku, dan tidak bisa menggambar kan semua yang ada dalam isi hati ku tentang dunia ku.

Orang Paling Seksi Di Dunia

Orang yang paling seksi itu adalah Bapak Sendiri (Bapak Marsigit). Saya melihat dari pandangan ROMANTISME setiap kata-kata yang terucap dari Bapak, hal itu dapat menembus alam pikiran saya yang di penuhi dengan tembok PENOLAKAN baik logika dan empiris yang saya alami. Saya iklas jika kemampuan saya tidak bisa mematahkan pendapat bapak, saya iklas jika 11 di bagi 2 adalah 1 dan 11. karena dengan keiklasan Itu lah saya seperti bercinta dengan pikiran saya sendiri, membuat ego dan kesombongan di hati saya luluh. Membuat spiritual saya bisa memahami ajaran kasih terhadap sesama. Dan banyak hal lagi yang tidak saya bisa tulis karna tulisan saya tidak bisa menjelaskan semua nya hati saya. Keindahan dalam Romantika itu lah yang saya dapatkan ketika belajar filasapat itu sendiri.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 2: Intuisi dalam Matematika (2)

ernah dalam suatu diskusi ada pertanyaan “unik”. Apa kepanjangan dari Matematika? Dalam benak saya, masak ada kepanjangan Matematika, selama ini yang diketahui kebanyakan orang, Matematika adalah tidak lebih dari sekedar ilmu dasar sains dan teknologi yang tentunya bukan merupakan singkatan. Setelah berpikir agak lama hampir mengalami kebuntuan dalam berpikir, akhirnya narasumber menjelaskan, bahwa Matematika memiliki kepanjangan dalam 2 versi. Pertama, Matematika merupakan kepanjangan dari MAkin TEkun MAkin TIdak KAbur, dan kedua adalah MAkin TEkun MAkin TIdak KAruan. Dua kepanjangan tersebut tentunya sangat berlawanan.

Untuk kepanjangan pertama mungkin banyak kalangan yang mau menerima dan menyatakan setuju. Karena siapa saja yang dalam kesehariannya rajin dan tekun dalam belajar matematika baik itu mengerjakan soal-soal latihan, memahami konsep hingga aplikasinya maka dipastikan mereka akan mampu memahami materi secara tuntas. Karena hal tersebut maka semuanya akan menjadi jelas dan tidak kabur. Berbeda dengan kepanjangan versi kedua, tidak dapat dibayangkan jika kita semakin tekun dan ulet belajar matematika malah menjadi tidak karuan alias amburadul. Mungkin kondisi ini lebih cocok jika diterapkan kepada siswa yang kurang berminat dalam belajar matematika (bagi siswa yang memiliki keunggulan kecerdasan di bidang lainnya) sehingga dipaksa dengan model apapun kiranya agak sulit untuk dapat memahami materi matematika secara tuntas dan lebih baik mempelajari bidang ilmu lain yang dianggap lebih cocok untuk dirinya dan lebih mudah dalam pemahamannya.

Matematika tidaklah tunggal

Berdasarkan berbagai pendapat tentang definisi dan deskripsi matematika pendahulu, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan renungan bagi kita seorang Pembelajar – terutama bagi pihak yang masih merasa memiliki anggapan “sempit” mengenai matematika. Melihat beragamnya pendapat banyak tokoh pendahulu tentang matematika, benar-benar menunjukkan begitu luasnya objek kajian dalam matematika. Matematika selalu memiliki hubungan dengan disiplin ilmu yang lain untuk pengembangan keilmuan, terutama di bidang sains dan teknologi. Bagi guru, dengan memahami hakikat definisi dan deskripsi matematika –sebagaimana tersebut di atas- tentunya memiliki kontribusi yang besar untuk menyelenggarakan proses pembelajaran matematika secara lebih bermakna. Diharapkan, matematika, tidak lagi dipandang secara parsial oleh siswa, guru, masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka dapat memandang matematika secara “jujur” (baca: utuh) yang pada akhirnya dapat memacu dan berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia demi kemajuan sains dan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Lebih-lebih membawa dampak positif bagi umat beragama.

Matematika tidaklah tunggal

Subyek yang mempelajari matematika lah yang harus terbuka dengan keadaan untuk menerima bahwa matematika itu tidak tunggal. Fakta dan realita yang ada di dunia pembelajaran matematika itu tidak semua nya seperti idealisme masing-masing bahkan Fakta itu juga justru berkebalikan dari idealisme masing-masing. Di butuh kan sikap yang terbuka dan flexibelitas untuk bisa menerima keadaan dan kondisi antara idealisme dan empiris. Mari kita bangun dunia matematika itu menjadi kekuatan untuk membangun bangsa ini, mau condong paham aristotelian atau paham platonism itu tidak masalah, yang terpenting semua penganut paham dapat saling bersatu dan membangun bangsa ini menjadi lebih baik khusus nya dalam dunia matematika.

Matematika tidaklah tunggal

Subyek yang mempelajari matematika lah yang harus terbuka dengan keadaan untuk menerima bahwa matematika itu tidak tunggal. Fakta dan realita yang ada di dunia pembelajaran matematika itu tidak semua nya seperti idealisme masing-masing bahkan Fakta itu juga justru berkebalikan dari idealisme masing-masing. Di butuh kan sikap yang terbuka dan flexibelitas untuk bisa menerima keadaan dan kondisi antara idealisme dan empiris. Mari kita bangun dunia matematika itu menjadi kekuatan untuk membangun bangsa ini, mau condong paham aristotelian atau paham platonism itu tidak masalah, yang terpenting semua penganut paham dapat saling bersatu dan membangun bangsa ini menjadi lebih baik khusus nya dalam dunia matematika.