Dalam memecahkan masalah matematika diperlukan proses berpikir analitik dan logika. Hal ini menunjukkan bahwa memecahkan masalah matematika merupakan kegiatan formalisme dalam matematika. Namun demikian formalisme hanyalah hasil akhir dari aktivitas matematika. Pada kenyataannya bahwa proses memformulasi pengetahuan matematika menjadi gagasan yang kaku.
Memecahkan masalah memerlukan aktivitas kognisi lain yang berbeda dengan aktivitas mental yang bersifat analitik dan logis. Karena itu diasumsikan bahwa aktivitas mental seseorang terdiri atas kognisi formal (formal cognition) dan kognisi intuitif (intuitive cognition). Saya sedikit mengutip teori Bruner (1974) dan Hart (1993) mengungkapkan bahwa dalam memecahkan masalah matematika, ada dua pendekatan yaitu secara analitik dan intuisi. Intuisi didefinisikan sebagai kognisi yang secara subyektif kebenarannya terkandung di dalamnya, dapat diterima langsung, holistik, bersifat memaksa, ekstrapolatif, tidak analitis, tanpa suatu proses penalaran secara logis.
Disadari, bahwa pembelajaran matematika saat ini masih didominasi pada pengembangan kognisi formal, akibatnya matematika menjadi tampak sebagai barang asing yang tidak ada hubungannya
dengan pengetahuan informal pelajar atau keseharian pelajar. Kasarnya matematika itu tidak terbangun sebagaimana mesti nya yang diharapkan. Pembelajar dipaksa mengetahui keberadaan rumus dan strukturnya tanpa mengetahui kegunaan nyata dalam kehidupannya. Pelajar tidak diberi kesempatan yang cukup untuk berpikir sendiri mengenai gagasan matematika.
Pengalaman saya pun dulu sebagai seorang pelajar di sekolah seperti nya demikian. "Buat apa sih belajar matematika? Menghitung tinggi bayangan? Menentukan persamaan garis, menentukan ini dan itu menggunakan rumus dan kerumitannya... toh nyata nya jika saya ada utang Rp. 500 kepada teman, saya cukup meberikan Rp. 500 kembali. Sungguh sangat simpel. Keberadaan seperti ini lah yang membuat pelajar menjadi kurang percaya diri akan kemampuannya melakukan proses bermatematika, dan yang paling buruk, pembelajaran matematika tersebut tidak memberi tempat bagi intuisi pelajar, yang sebenarnya berkaitan erat dengan cara alamiah pelajar dalam belajar dan berpikir matematika.
Oleh sebab itu pembelajaran matematika secara utuh, yaitu mengembangkan kognisi formal dan kognisi intuitif perlu diupayakan. Langkah yang dapat dilakukan adalah selalu membelajarkan para pelajar untuk mengembangkan gagasan sendiri dalam memahami pengetahuan matematika dan memecahkan masalah-masalah matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar