Powered By Blogger

Selasa, 20 September 2011

Elegi Sang Bagawat Menggoda Sarang Lebah

seorang pemimpin haruslah seorang yang siap memberikan PENGORBANANyang tertinggi, ia selalu berada di garis terdepan MEMBELA pengikutnya, menanggung RISIKO yang paling berat, selalu mengupayakan SOLUSI bukan PERINTAH dan caci maki. Ketika mendapat penghargaan, ia memberikan kreditnya kepada para pengikutnya dan bukan kepada dirinya sendiri.

Bila kita dapat menyepakati bahwa kepemimpinan sejati dicirikan oleh visi, integritas (selarasnya kata dan perbuatan), dan harapan, maka mungkin kita juga dapat menerima kenyataan bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang telah kehilangan pemimpin. Yang kita miliki beberapa dekade terakhir ini adalah pejabat-pejabat, yakni orang-orang yang memahami kepemimpinan pertama-tama dan terutama sebagai sebuah jabatan elitis dan karenanya perlu diperebutkan. Yang kita miliki adalah pemimpin yang mengukuhkan kepasrahan, mereka yang menerima realitas masa kini apa adanya, mereka yang mengikuti berbagai prosedur standar yang sudah ada, mereka yang tidak pernah mampu mengubah haluan atau membuat perubahan dan mereka yang mampu mengubah kepemimpinan sebagai pemenuh kebutuhan sendiri. Apatis dengan pendapat, tertutup, munafik dan individualisme.

Jadi, masalahnya sekarang adalah siapakah yang mau menguji dan menggugat kembali “penglihatannya”? Siapakah yang tidak merasa puas dengan kondisi Indonesia masa kini dan pada saat yang sama mampu melihat kondisi masa depan yang lebih berkesesuaian dengan potensi masyarakat bangsa dan negara Indonesia? Siapakah yang masih mampu menyelaraskan kata dan perbuatannya (membangun integritas)? Siapakah yang masih mampu mempertahankan harapannya? Siapakah yang masih melek mata budi dan mata batinnya? Mari kita cari orang-orang semacam itu, terutama di kalangan kaum muda. Dan mari kita nobatkan mereka menjadi pemimpin kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar